....................puisi adalah kau.
Ya, kaulah puisi itu. Sebab itu aku tak lagi mampu mengkhayalkan apapun
tentangmu. Tak ada lagi sosok imajiner yang menjelma lewat kata, sebab
kau nyata.
Sebab kau nyata, aku tak bisa berpura-pura.
Senyum dan tawaku adalah nyata.
Pilu dan tangisku adalah nyata.
Kuputar waktu, menengok masa lalu dan ku kumpulkan kembali memori yang
berserakan seperti bintang-bintang. Biarkan mata ini basah oleh
kenangan.
Rindu............. dan dendamku adalah nyata.
Asa............ dan kesahku adalah nyata.
Lantas kukejar waktu, seperti bayang-bayang yang mengejar matahari
sebelum ia benar-benar tenggelam. Sebelum nyawa menjemput ajal, sebelum
aku benar-benar tiada. Biarkan mata yang basah ini mengering tersapu
angin.
Senyum tawa,
tangis pilu,
rindu dendam,
asa dan kesah
yang tak mampu ku urai sejak semula, kuikat dan kemudian kurangkai satu persatu menjadi puisi, menjadi dirimu.
...................kaulah puisi itu.
Cinta dan air mataku adalah nyata.
dan antara keduanya, tak butuh alasan kenapa harus ada. MentariPoker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar